AHMAD FAUZAN AZZA


Sekalipun kita geng kucrit sering banget bandel dan lebih banyak nggak berprestasi bukan berarti kita nggak ada kontribusi untuk kemajuan hidup kita loh walaupun nggak pintar-pintar amat (dibaca nggak populer) tapi juga nggak lemod-lemod benget *menghibur diri sendiri. Buktinya, temen-temenku anak IPA semua *walaupun IPA bagian akhir, malah aku doang tuh yang IPS tapi IPSnya yang paling awal dong he….he….Di bab ini aku mau cerita tentang ngafal qur’an atawa yang biasa kita sebut tahfiz Alqur’an. Bulan ini emang lagi pada getol-getolnya mengejar setoran hafalan. Soalnya ada sayembara (caelah sayembara).
“Barang siapa yang sebulan bisa setoran sampe empat ratus ayat bakalan dapet sertifikat” Ciee….dan tumben-tumbenan aja nih anak kamarku bersemangat dan antusias banget buat merealisasikan target hafalan itu, biasanya aja nih kalau ada lomba-lomba yang memeras otak, kagak ada yang peduli, pada cuek-cuek aja. Nah beda jauh sama kondisi yang satu ini. kira-kira ada apakah gerangan??
            Kamar ini emang kamar yang membekas di hati, cerita-cerita di dalamnya, bocah-bocah tengil yang mengukir kisahnya kecuali wali kamarnya *maaf ya ustadzah hihihihi, soalnya jarang berinteraksi. Sungguh kamar yang ‘sesuatu yah’  tak bisa ku lupakan sampe saat ini. Banyak prestasi yang kami raih disini, terutama aku, mulai dari kebersihan yang dapat bendera putih, trus aku dapat kelas khsusus ngajar, nilai pelajaranku naik, tambah rajin dan pastinya ada sesorang yang selalu bikin hasrat untuk “keep fight!!!” sapa tuh *tau, Tanya aja tuhan.
            Ngiri juga kalo ngeliat temen-temen yang dipanggil buat menerima penghargaan karena udah hafidz tau hafidzah, perasaan bawaannya merana tak berdaya dan tak sanggup pastinya. Hasrat diri pengen rajin tapi apa daya otak tiada mendukung, lingkungan pun serasa tak bersahabat. Jadilah aku punya semangat seadanya dan lihatlah diriku ini kini. Apakah menyedihkan??? *lebai
            Mulailah kita dengan rutinitas ngafal plus semangat dan lembaran baru, demi sertifikat. Aku kalo ngafal Qur’an pake yang ada terjemahannya biar lebih gampang masuk ke otak sekaligus ngerti artinya kan jadi lebih afdhol. Makna Alquran itu emang bener-bener indah, kadang beda sama bahasa arab biasa
Di kamar ini aku lagi saingan sama Isti *lagi-lagi dia, nggak punya temen lain apa!, secara hafalan kita sampe di surat yang sama. Pasalnya nih aku lagi sakit hati juga sama omongan doski yang ngatain
“Kok, dari dulu ngafal baru sampe situ-situ aja sih Dit”. Najonk banget kan, nah dari situlah semangat aku jadi membara buat nyalip apalan doski. Walhasil aku jadi rajin setor dan bisa menyaingi dia donk. Doski keliatan panik juga ngeliat aku getol banget membalas dendam. Makanya tuh….jangan suka ngatain ntar aku saingin loh…ho3
            Setiap habis tahfidz aku selalu ngelirikin dia, sampe ayat mana sih, ngeliatinnya juga nyolong-nyolong donk. Kalo nggak aku tanya sama Ema yang biasanya duduk di sebelahnya, begitu seterusnya rempong nggak sih cinn! *uhh, rempong banget, emang kalo saingan itu bikin empet juga sih, bawaannya panas mulu kalo keduluan. Sampe sekarang aja aku nggak habis pikir gimana caranya yang kata orang “ saingan secara sehat” nggak ngerti deh yang namanya saingan itu ya nggak enak banget, gini yah di bodi, secara fisik dahi berkerut, alis ngangkat trus muka kenceng *maksut l. maksut gw itu tandanya tegang melulu nggak bisa relaks secara psikologis yang tadi tuh…. Panas hati, panas otak udah gitu menimbulkan kecanggungan, kerenggangan bahkan bisa-bisa musuhan ohhh….no!!!!. Nah guyz menurut kamu gimana???
            Ngafal empat ratus ayat dalam sebulan ternyata ya nggak mudah-mudah amat. Secara surat yang aku afalin aja, satu ayatnya udah panjang banget. Musti ekstra konsentrasi. Si Isti juga lagi nyampe di surat yang sama sih, palingan beda barang satu apa dua ayat gitu. Yah….abisan dia juga suka kalap kalo ketahuan diduluin. Bawaannya nglirik-nglirik mulu. Ha…ha bisa ngebayangin nggak sih???
            Target sebulan ini emang mengubah kamar aku berhawa positif dan lebih rajin lagi ke mesjid, biasanya setiap shubuh, mata ini nggak bisa diajak kompromi buat ngafal tapi demi sertifikat dan secuil prestasi kami jadi bersemangat. Hingga akhir bulan semua target terealisasi. Aku dan Isti dapat sertifikat. Sungguh aku tak bisa melupakannya.
Read More …

  1. Dengan mengetahui ushul fiqih, kita akan mengetahui dasar-dasar dalam berdalil, dapat menjelaskan mana saja dalil yang benar dan mana saja dalil yang palsu. Dalil yang benar adalah apa yang ada di dalam al-qur’an, hadist rosulullah serta perkataan para sahabat, sedangkan dalil-dalil yang palsu adalah seperti apa yang didakwahkan oleh kaum syiah, dimana mereka mengatakan bahwa mimpi dari seorang yang mereka agungkan adalah dalil. Atau juga kelompok lain yang mengatakan bahwa perkataan para tabi’in adalah dalil, ini merupakan dalil yang palsu yang dapat merusak syariat islam yang mulia ini
  2. Dengan ushul fiqih, kita dapat mengetahui cara berdalil yang benar, dimana banyak kaum muslimin sekarang yang berdalil namun dengan cara yang salah. Mereka berdalil namun dalil yang mereka gunakan tidaklah cocok atau sesuai dengan pembahasan yang dimaksudkan, sehingga pemaknaan salah dan hukum yang diambil menjadi keliru. Seperti halnya mereka menghalalkan maulid nabi dengan dalil sunnahnya puasa senin, yang mana ini sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa itu adalah salah?? Yakni dengan mempelajari ushul fiqih.
  3. Ketika pada jaman sekarang timbul perkara-perkara yang tidak ada dalam masa nabi, terkadang kita bingung, apa hukum melaksanakan demikian dan demikian, namun ketika kita mempelajari ushul fiqih,kita akan tahu dan dapat berijtihad terhadap suatu hukum yang belum disebutkan di dalam al-qur’an dan hadits. Seperti halnya penggunaan komputer, microphone dll.
  4. Dalam ushul fiqih akan dipelajari mengenai kaidah-kaidah dalam berfatwa, syarat-syaratnya serta adab-adabnya. Sehingga fatwa yang diberikan sesuai dengan keadaan dari yang ditanyakan.
  5. Dengan mempelajari ushul fiqih, kita dapat mengetahui sebab-sebab yang menjadikan adanya perselisihan diantara para ulama dan juga apa alasan mereka berselisih, sehingga dari hal ini kita akan lebih paham dan mengerti maksud dari perbedaan pendapat tersebut, yang akhirnya kita bisa berlapang dada terhadap perbedaan pendapat yang terjadi, bukannya saling mengejek dan menjatuhkan satu sama lainnya.
  6. Ushul fiqih dapat menjauhkan seseorang dari fanatik buta terhadap para kiayi, ustadz atau guru-gurunya. Begitu pula dengan ushul fiqih seseorang tidak menjadi taklid dan ikut-ikutan tanpa mengetahui dalil-dalilnya.
  7. Ushul fiqih dapat menjaga aqidah islam dengan membantah syubhat-syubhat yang dilancarkan oleh orang-orang yang menyimpang. Sehingga ushul fiqih merupakan alat yang bermanfaat untuk membendung dan menangkal segala bentuk kesesatan.
  8. Ushul fiqih menjaga dari kebekuan agama islam. Karena banyak hal-hal baru yang belum ada hukumnya pada jaman nabi, dengan ushul fiqih, hukum tersebut dapat diketahui.
  9. Dalam ushul fiqih, diatur mengenai cara berdialog dan berdiskusi yang merujuk kepada dalil yang benar dan diakui, tidak semata-mata pendapatnya masing-masing. Sehingga dengan hal ini, debat kusir akan terhindari dan jalannya diskusi dihiasi oleh ilmu dan manfaat bukannya dengan adu mulut.
  10. Dengan ushul fiqih, kita akan mengetahui kemudahan, kelapangan dan sisi-sisi keindahan dari agama islam.
Read More …

Suatu ketika, udin yang berprofesi sebagai santri disalah satu pondok di Jawa Timur menyembunyikan sandal sang Kyai.
Kyai: Anak-anak, mana sandal bapak..??
Udin: Disembunyiin Siti pak..!! Putri Kyai.
Kyai: Ambil Din.
(Udin langsung menemui Siti)
Udin : Aku disuruh pak Kyai untuk nyium kamu, boleh gak?
Siti: Gak boleh…!
Udin berteriak “Gak boleh bah…”
Kyai: Kasih nduk…!
Udin: Tuh, dengar sendiri kan?
Akhirnya Siti pun mau dicium pipi kanannya
Udin: Yang kiri lagi…?
Siti: Gak boleh…!
Udin teriak lagi “Yang kiri gak boleh bah…”
kyai: Berikan semuanya nduk…!
Udin: Muuuaaah… (nyium pipi Siti) Alhamdulillah…
Read More …

Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir.

Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut. "Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus ", kata Kyai. "Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?" "Kamu cari orang atau makhluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri waktu tiga hari ". Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyai-nya.



Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, " Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus ". Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. "Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Alloh memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Suul Khotimah,bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.



Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yg menjijikan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dsb. Santri bergumam, " Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi " . Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis 'Isya, dia merenung, "Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Alloh, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku. "Aku tidak lebih baik dari anjing itu.



Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, "Sudah dapat jawabannya muridku ?" "Sudah guru", santri menjawab. " Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru". Sang Kyai tersenyum, "Kamu aku nyatakan lulus".



Pelajaran yg dapat kita petik adalah: Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong/merasa lebih baik dari orang/mahkluk lain. Yang berhak sombong adalah Alloh SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang/mahkluk lain yg sama-sama ciptaan Allah SWT
Read More …

Tiga tahun telah berlalu, semenjak aku menginjakkan kaki di penjara suci ini. Hawa yang dulunya kurasa sejuk kini menjadi musim panas khatulistiwa. Sangat beda dengan negeriku dulu. Kultur dan budaya yang sangat berbeda, Strata social semakin jelas terasa. manusia-manusia yang beraneka rupa telah menjelma menjadi kehidupan baruku di negeri kecil yang dipimpin oleh seorang kiai. Tak apalah bagiku, Allah telah memberikan kelebihan khusus agar aku bisa beradaptasi dengan cepat dimanapun kakiku melangkah.

Tidak seperti biasa, pagi itu aku begitu bingung dan bimbang. sudah satu bulan Nidya, santriwati satu-satunya yang pernah aku kenal, tak lagi menghiasi handphoneku dengan kata-kata indahnya. Aku bingung, apakah dia telah mengetahui isi hatiku yang semakin hari semakin sulit untuk tidak mengingat namanya, Sehingga ia menjauh dan tak pernah lagi mau bersua. Seingatku aku tidak pernah berbuat kesalahan kepadanya. Aku benar-benar gelisah, karena dia yang telah megisi hatiku dengan sesuatu yang tak pernah ada sebelumnya. Hampir tidak mungkin santri lugu sepertiku jatuh cinta. Tapi apakah ini cinta? Fikiran dan logika terbaikku tak mampu menjawabnya.

‘ Dread…dread…dread ’

Sebuah pesan masuk ke nomor hpku.

“ Putra, entar kalo ente jadi, ana tunggu di pemandian, kita berangkat setelah manghrib, oke!”

Subhanallah, sejak kapan aku mudah melupakan janji. Aku bergegas menyiapkan satu steal baju koko dan sarung untuk bekal. Sebab nanti malam aku akan berangkat ke Banyuwangi untuk menghadiri haul almarhum habib Rohman di ponpes tarimulghanna cabang Hadramaut, yang sekarang di asuh oleh Habib Shaleh. Habib shaleh adalah Santrinya Habib umar, pengasuh ponpes hadramaut, sebuah kota dinegeri yaman yang telah melahirkan ribuan ulama kaliber internasional.

Setelah maghrib aku menepati janjiku. Aku berjalan menuju pemandian Pelita. Semakin dekat aku dengan pemandian itu, semakin kacaulah hatiku, keringat dingin membasahi tubuhku. Disanalah rumah seorang muslimah yang namanya telah menyatu dengan aliran darahku.

Aku memanggilnya Nidya, padahal santri lain jarang yang memanggilnya demikian. Dengan alasan takut cangkolan mereka memanggilnya Neng. Ah, ada-ada aja santri itu, semoga ia tidak sombong dan bangga dengan nama kebesarannya. Alhamdulillah aku tidak melihatnya ketika itu, aku terus berjalan kearah pemandian yang berada tepat di depan rumahnya.

“ Assalamu’alaikum… bang husennya ada ? ” Tanyaku pada salah seorang santri di pemandian itu.

“ Wa’alaikum salam… ada!, tuh sedang shalat ” jawabnya sambil menunjuk kearah barat.

“ Ooo iya, terima kasih ! ”.

Aku menunggu bang husein hingga selesai shalat sambil bercengkrama dengan teman-temanku yang telah lebih dahulu menyelesaikan munajatnya. Ada 7 santri yang kebetulan menghabiskan waktu maghrib di pemandian itu.

“ Putra! Apa sekarang kita berangkat? ” Tanya bang husein setelah merampungkan kewajibannya.

“ kalau bisa sekarang, kenapa tidak. kan semakin cepat semakin baik ”.

“ iya dah, ana siap-siap dulu ya ”

“ ana tunggu di mushala aja ya bang !”

Di mushala itu hatiku tak pernah bisa tenang, seakan-akan ia yang kurindu mengawasi semua gerak-gerikku. Aku mengambil al-quran dan membacanya agar waktuku tidak terbuang dengan sia-sia. Lagi-lagi aku merasa ia melihat dan mendengar apa yang ku baca. Hilang sudah keikhlasanku membaca kalam suci tuhan, berganti dengan riya yang tiba-tiba muncul dari dalam dada. Ya rabb ampunkanlah segala dosa-dosaku, aku tak mampu mengendalikan hati dan fikiranku yang telah terbelenggu, karena dia.

“ Ayo put, kita berangkat ! ”, teguran bang husen membuatku tersadar.

“ Udah siap bang?”

“ Ya udahlah, wong Cuma semalam. Ngapain bawa baju banyak-banyak.”

Kamipun bergegas keluar dari mushala diringi dengan do’a menuju ke halte bus. Tak berapa lama bus jurusan Surabaya-Banyuwangi pun tiba. Dengan segera kami menghentikan dan menaiki bis AKAS yang kelihatan tua itu.

Mungkin karena keletihan dan suasana bis yang gelap tanpa penerangan, kamipun tertidur dengan pulas. Kebiasaan santri yang sulit di hilangkan. Tidur dimana saja dan kapan saja.

“ Put, put, bangun! Kita udah sampai nih ” suara bang husein membangunkanku.

“ Sampe dimana bang ? ”

“ Ketapang ”

“ Kita harus naik taxi lagi jurusan Perliman untuk sampai ke pondok itu ”

Dengan Langkah berat akupun mengikuti langkahnya. Melihat ada angkot yang menawarkan diri, bang husein pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Agar tidak larut malam katanya!. Belum sampai satu kilometer perjalanan, angkot itupun berhenti di pinggir jalan. Tepat di depan warung nasi. Yaa mungkin aja sopirnya lagi laper batinku bergumam, berusaha husnuzzan untuk menghilangkan rasa kekecewaan.

Aku berusaha menghilangkan kekesalan dengan memainkan HP. Siapa tahu ada pesan masuk. Tapi lagi-lagi aku kecewa. SMS yang ku kirim kemarin belum juga di balasnya. Aku berusaha berbaik sangka. Tapi tetap saja aku gelisah, bingung, sedih, rindu, dan berbagai perasaan lainnya berbaur menjadi satu. Di luar sana udara malam kota Banyuwangi semakin jelas tercitra. Kelembabannya menambah benjolan-benjolan kecil di mukaku. Aku masih mesih mencoba menghubungi Nidya setelah lebih dari sebulan telponku tidak pernah ia angkat.

Tepat pukul 21.00 setelah sela 30 menit angkot melaju. Kamipun tiba di ponpes tarimul ghanna. Tenda-tenda telah terpasang dengan megah. Tanda bahwa esok pagi akan diselenggarakan acara akbar. “assalamu’laikum” sapa bang husein kepada sekolompok orang yang asyik menikmati kehangatan kopi malamnya.

“ Wa’alaikum salam, ini husein ya? ”

“ Iya ”

“ subhanallah, kaifa haaluk ya akh [1]? ”

“ Alhamdulillah, ana bi khair [2]”

“ Lama kita nggak jumpa, dan ternyata kehendak Allah menentukan perjumpaan kita disini” kata ilham terharu, teman bang husein tiga tahun yang lalu, yang kini telah berkelurga dengan gadis kota kediri.

“ Yaa begitulah kuasa Allah, ham ! Oia, ngomong-ngomong ente masih sering ikut pengajiannya habaib?

“ Sering sih, ana emang deket dengan para habaib, jadi ana selalu mengikuti acaranya. Baik di kediri, malang, bangil, dan kota-kota lainnya. Kan yang namanya ngaji nggak cuma di pondok. Ayo husein masuk dan istirahatlah dulu ”

“ Iya, syukran [3]! Ana memang agak sedikit letih setelah tiga jam lebih naik kendaraan ”

Bang huseinpun masuk kesebuah ruangan yang telah di sediakan panitia untuk para tamu-tamu yang menginap. Sementara aku tetap membisu, tak mampu megucapkan sepatah katapun.

“ Ayo put, kita rebahan dulu, entar kita shalat isya berjama’ah ples shalat tahajud ”. Akupun menuruti perkataan bang husein.


* * *

Malam ini mataku tak bisa terpejam, bulan dan bintang-bintang semakin menambah gemerlap sinarnya. Menerangi panitia haul dan maulid yang sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Gema yang dipantulkan binatang-binatang malam, semakin membuat romantis suasana malam pesantren ahlilbait.

Aku mengambil HP yang sedari tadi mengurung diri di balik tas. aku yakin dia belum tidur. Karena dulu ia pernah berkata bahwa ia belajar mulai dari isya sampai jam 02.00 malam. Meskipun rasa itu semakin tak terkendali, aku berusaha untuk menstabilkan emosi, karena bagaimapun obat sang pecinta tiada lain kecuali bertemu dengan dambaan hatinya.

Aku mengirimkan sms untuknya,


Askum… Nidya lg ngpain?, udh tidur? Ana punya cerita bagus nih, mu denger g’k?


Aku lega ketika layar hpku memuncuklkan tulisan ‘sms delivered’. Sambil membaca buku karangan Syekh Taba’tabai aku mengharap ia akan membalasnya. Dugaanku benar, 30 menit kemudian Hpku begetar.


Wa’laikum slm… Sry telat blz, tadi Nidya lgi ada d OFFICE, ada acara ROAD COUNTRY. Crta apaan? Jd pnsrn nih, mw dong!

Aku bersyukur ia membalasnya setelah hampir sebulan tidak ada kabar berita.


Tp sblumx aq mnt ma’f bgt, mungkin crta ni g’k pantes aq ceritain ma Nidya.but, crt ni emg hrs aq crtkn


Kini, aku tidak lagi menunggu balasannya, sebab bisa jadi esok pagi ia baru membalasnya. Aku kembali menulis,


Kmrn, ana pernah mencintai NIdya, ana yakin Nidya juga pasti mengetahuinya. Klimaksya adalah beberpa minggu yang lalu hingga sekarang ini… ana g’k bisa Menghafal alqur’an dengan benar, belajar ng’k konsentrasi, dst. Dan sekarang ana ada di BWI untuk menenangkan dan mendekatkan diri. Beberapa hri yang lalu ana juga pernah menceritakan hal ini kepada kepada shabat karib ana. Dan iapun berusaha memberikan solusi menurut pengalamnnya. Tp ana hanya berkata, mungkin kita berbeda.


“messege delivered”. Ana masih terus menulis, melanjutkan cerita yang sempat tertunda karena keterbatasan ruang untuk menulis sms. technologi sms hanya memungkinkan mengirim max 450 karakter.


Hingga akhirnya ana menyerahkan semuanya kepada Allah dan menyimpulkan bahwa ini bukanlah cinta, sebab bagaimana mungkin ana mencintai manusia sementara ana masih belum bisa mencintai ALLAH?. Sampe-sampe Hati ana suuzzon, riya, takabur, dls disebabkan perasaan ini. Nidya, ana udah 3 tahun lebih mondok di sini, tapi ana g’k pernah bertemu dengan sang pendiri meskipun di dalam mimpi. Seakan semua ibadah yang ana lakukan hampa dan tak bermakna. maksud ana menceritakan hal ikhwal ini, agar hati ana bisa terjaga dan kembali kembali konsentrasi dalam study dan ibadah serta menjalani hari-hari selanjutnya dengan lebih baik. Itupun jika Nidya mau mema’afkan kesalahan yang telah ana sebutkan tadi


Belum sempat sms tersebut terkirim, tanpa terduga ia membalas sms yang telah kukirimkan sebelumnya


trs… kenapa putra g’k ngmong langsung ma Nidya?, mngkn kt bisa menmukan solusiy. Putra udah Aq anggap sahabat, sama halnya dengan Reza… jd apapn yang terjadi sama sahabatku aku harus tau, y seenggaknya…” aku bingung, sedih, bahagia, dan juga sedikit kecewa membaca smsnya.


Dari kata-katanya aku bisa menduga bahwa hatiku dengan hatinya tidaklah sama. Jika hatiku cenderung kepadanya, bisa jadi ia malah sebaliknya. Hal itulah yang sangat aku takutkan, aku takut ia menjauh dariku. Aku sadar, beberapa bulan terakhir, dalam seminggu aku pasti menghubunginya atau minimal mengirimkan sms.

Pernah aku menelpon ia hampir tiga(3) jam lamanya. Mulai dari pukul 23.00 sampai pukul 02.30, begitu asyiknya percakapan itu hingga aku lupa segalanya. Aku juga ngak tau bicara apa saja pada malam itu. tapi hal itu memang fitrahnya sang pecinta, ia akan bahagia jika mendengar suara kekasihnya. Dan ia akan merasa kehilangan jika tak pernah bersua dengannya.

Aku telah berkali-kali meminta ma’af kepadanya setelah aku sadar bahwa perilaku demikian tidaklah mulia. Tapi ia malah berkata “aku g’k senang jika putra ngomong kayak gitu, apa yang selama ini aku lakukan semata-mata karna kita adalah teman”. Pada malam ini aku benar-benar merasa bersalah. Aku adalah makhluk paling egois. aku tidak menghiraukan perasaannya, kesibukannya, dan semua tentangnya. Yang aku fikirkan adalah bagaimana aku bisa berkomonikasi dengannya. Oh tuhan… maafkanlah hambamu yang penuh kekhilafan ini, aku tidak tahu kepada siapa harus mengeluh dan mengadu jika tidak kepadamu.

Aku tidak menghiraukan sms Nidya. Aku langsung mengirimkan sms yang telah aku tulis sebelumnya. “Messege sent”. Agak lama aku menunggu, andai saja tidak ada buku yang bisa aku baca, bisa-bisa aku tertidur pada sa’at itu juga. akhirnya sebuah pesan singkat menggetarkan HPku,


aq ma’afin kok put… tapi ijinkan aku mnta ma’af sama putra, krn mungkin sikpku yang terlalu over dalam berteman hingga bikin putra jadi begini.. ma’afin aku..


Semakin sedih hatiku membaca balasan smsnyya. Aku sangat-sangat tak bisa mendengarkan ia meminta ma’af kepadaku. Seharusnya akulah yang meminta ma’af 1000X kepadanya, sebab aku merasa bahwa aku adalah makhluk yang paling berdosa, kehidupanku penuh dengan maksiat, aku selalu menykiti hati teman-temanku. Tak pantas gadis suci sepertinya memohon ma’af dariku. Apa salah dia kepadaku??? Aku berusaha memendam kesedihan dan berusaha sebijak mungkin membalas smsnya.


G’k over kok Nid… biasa aja. Mungkin Krn ana ngak terbiasa bergaul dengan teman-teman cwek jadinya yang kayak gini.. tp jujur! Ada dua muslimat yang ketika melihatnya bisa mengigatkan semua kesalahan ana, dan salah satunya adalah Nidya

Messege delivered.


Setelah semua prahara yang terjadi didalam hatiku, aku ceritakan kepadan Nidya, aku merasa sangat lega, aku bangga karena tidak termasuk orang-orang pengecut, yang tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada orang yang ia cintai. aku juga bersyukur Karena tidak seperti mereka yang sedih ketika cintanya bertepuk sebelah tangan dan bahagia ketika cintanya di terima.


The story is ended, and NOW I wanna beganing the New story..!, ms. Nidya don’t ever say my story to other man or women whoever… PleasE,,,, Okay!

Messege sent.


Itulah sms terakhir yang ku kirimkan kepadanya. Kulihat jam telah menunjukan jarumnya keangka 12 malam. Masih ada beberapa jam untuk istirahat, sebelum melaksanakan shalat isya dan tahajud bersama bang husein. Esok hari, tubuhku harus dalam keadaan bugar dan stamina yang prima. Haul dan maulidnya habaib pasti akan sangat berkesan, dan aku tidak mau melewatkannya. Akupun memejamkan mata seraya berdo’a agar aku terhindar dari tipudaya iblis dan pengikutnya.

Malam telah menjadi saksi atas kejujuran hambanya, ia telah melepaskan jaring-jaring cinta semu. Ia sadar, tak perlu baginya untuk mencari dan mendapatkan dambaan hatinya. Sebab tiada daya bagi seorang hamba untuk menentukan nasibnya.

Tugasnya hanyalah berusaha, hanya itu!. Dunia hanyalah permainan. dan aku akan bermain di dunia ini sebagaiman bermainnya imam-imam terdahulu, kekasih allah, orang-orang yang memegah teguh ajaran agamanya dan mereka yang selalu berusaha menjaga kesucian jiwa raga.
Read More …